Pengikut

Sabtu, 15 Oktober 2016

Long Term and Short Term Memory




     Penyimpanan memori melibatkan tiga jenis memori dengan kerangka waktu yang berbeda yaitu memori sensori (memory sensory), memori jangka pendek (short-term memory atau working memory), dan memori jangka panjang (long-term memory).

Gambar 1 : proses penyimpanan memori

SENSORY MEMORY 

     Sensory storage atau disebut juga sensory memory menerima semua informasi dari pancaindra dan menyimpan semua informasi tersebut dalam waktu yang sangat singkat. Kapasitas Sensory memory sangatlah terbatas, Sehingga informasi yang disimpan dalam sensory memory dan tidak mengalami pemrosesan lebih jauh akan segera menghilang. 

Ada 2 hal yang mempengaruhi informasi  disimpan dalam Sensory memory :
  Pertama, bila ingin mempertahankan informasi lebih lama orang harus memberikan perhatian. 
  Kedua, untuk membawa semua informasi ke dalam kesadaran dalam satu waktu dibutuhkan waktu yang tidak sebentar. Artinya, jika terlalu banyak informasi yang diberikan dalam satu waktu, maka akan lebih sulit untuk menerima informasi tersebut.




SHORT-TERM MEMORY

     Informasi yang disimpan oleh Sensory memory lalu akan ditransfer ke penyimpanan selanjutnya yaitu short-term memory atau biasa disebut juga working memory. 

Ada dua ciri penting yang dimiliki short-term memory, yaitu :
1)  Menyaring informasi yang masuk
2)  Kapasitas dan durasinya yang terbatas, karena tanpa rehearsal informasi hanya dapat dipertahankan sekitar 10 hingga 20 detik pada orang dewasa.
**  Oleh karena itu agar informasi dapat bertahan lama dalam memori, maka ia harus dimasukkan ke dalam long-term memory.

    Berhubungan dengan memori jangka pendek, psikologi asal inggris, Alan Baddeley mengemukakan bahwa Working memory adalah sistem tiga bagian yang secara temporer menyimpan informasi ketika orang-orang mengerjakan tugas. Working memory adalah sejenis “meja kerja pikiran” di mana informasi dimanipulasi dan dikumpulkan untuk membantu kita membuat keputusan menyelesaikan masalah, serta memahami bahasa tulis dan lisan. Dalam model working memory Baddeley, working memory seperti meja kerja pikiran tempat berlangsungnya banyak pemerosesan informasi. 

LONG-TERM MEMORY 

     Long-term memory adalah tempat penyimpanan memory dalam jangka waktu yang lama. Mengenai kapasitas long-term memory terdapat 2 asumsi :
Pertama, menyatakan bahwa kapasitas Long term memory adalah tidak terbatas. 
Kedua, berkeyakinan bahwa informasi mengenai objek disimpan dengan cara terpisah-pisah 

Jenis-jenis Long-term memory  :
Pakar teori pemerosesan informasi membagi Long-term memory ke dalam tiga bagian, yaitu:
1. Episodic Memory adalah memori tentang pengalamn personal, sebuah gambaran mental tentang hal-hal yang kita lihat atau kita dengar.
2. Semantic Memory berisi fakta-fakta dan informasi umum tentang apa yang kita ketaghui, baik itu konsep, prinsip, atau aturan-aturan dan bagaimana menggunakannya serta keterampilan dan strategi belajar yang digunakan.
3. Procedural Memory menunjukan pada “knowing how”, berdasarkan kemampuan, keterampilan.


“ Ketiga jenis memory tersebut memiliki kerangka waktu yang berbeda, yaitu Sensory memory (yang berlangsung selama hitungan detik sampai beberapa detik), Short-term memory (berlangsung selama kurang lebih 30 detik), dan Long-term memory (berlangsung sampai seumur hidup). “


Sources:
Priyanto, Ida Fajar. 2016.  Memory, Cognition, and Disruptive Technology, Materi Kuliah Isu-isu Kontemporer Informasi Sesi 6. Yogyakarta: Minat Studi Manajemen Informasi dan Perpustakaan UGM 
Dr. Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, cet ke-2 (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014)
https://www.academia.edu/9836712/psikologi_tentang_memori (diakses 15/10/2016 14.15)

Kamis, 13 Oktober 2016

We are Generasi C

Apakah anda merasa mati kutu jika tidak terkoneksi dengan internet ? Apakah anda menjadi sangat tergantung dengan gadget ?

gambar 1 : Meme mengenai ketergantungan kita pada internet
Jika YA, Selamat maka anda dan saya adalah salah satu yang termasuk dalam Generasi C. 

GENERASI C
    Pengelompokan generasi ini tidak dipengaruhi oleh usia maupun angkatan kelahiran, melainkan sebutan generasi baru yang dibentuk oleh generasi digital (native digital)
       Generasi C juga bisa meruju pada connected, comunicating, collaborating, computerized. Yang artinya generasi ini selalu berusaha untuk terkoneksi dengan internet, saling berkomunikasi dan berkolaborasi melalui dunia maya, dan tentu saja sudah terbiasa menggunakan computer dalam kehidupan sehari-hari.


Menurut Dr. Ida Fajar Priyanto, Ph.D karakteristic generasi C adalah :
  • Hyper connected -> merasa harus selalu terkoneksi atau berhubungan dengan orang lain melalui internet.
  • Constantly researching for information -> selalu mencoba untuk update dan mencari informasisecara online
  • Information overload and short attention spans -> karena selalu terkoneksi dengan orang lain melalui internet, sehingga menerima informasi yang sangat banyak dalam waktu singkat membuat seseorang menjadi susah fokus pada hal - hal disekitarnya
  • Distrust of brand messages and traditional advertising -> mulai tidak membaca pesan iklan maupun iklan tradisional
  • Influenced by peer reviews and key influencers -> siapa yang memberi informasi mempengaruhi kita untuk membaca dan mempercayai informasi itu atau tidak.
  • Part of a community/tribe -> menjadi bagian dalam komunitas - komunitas. #ex, bergabung dalam kaskuser, facebooker
  • Like to share -> merasa harus share informasi yang dirasa penting/perlu untuk diketahui banyak orang, hal ini juga cenderung mengakibatkan overshare informasi karena informasi yang dishare berulang kali bisa diterima oleh orang yang sama lebih dari sekali. #ex, share informasi di facebook tentang gosip artis terbaru, dan dishare lagi oleh teman kita hingga seterusnya.
  • High expectations -> memiliki ekspektasi yang tinggi agar postingan banyak direspon. #ex, Berlomba - lomba membuat foto yang instagramable agar banyak mendapat like
  • They are in control and they know it -> mereka sadar jika selalu dikontrol oleh orang lain. #ex, mereka secara sengaja dan sadar tahu bahwa teman - teman mereka di media sosial akan mengetahui dimana dan apa yang sedang dilakukan melalui postingan - postingannya.
  • Intelligent and make informed decisions based on the value of online content and the online customer experience -> membuat keputusan berdasarkan informasi online dan pengalaman pelanggan online. 
  • Narcissistic -> Gen-C cenderung narsis walaupun tidak semuanya begitu 

Bagaimana apakah karakteristik diatas sudah mewakili anda semua sebagai Generasi C ??



Source :

Priyanto, Ida Fajar. 2016.  Memory, Cognition, and Disruptive Technology, Materi Kuliah Isu-isu Kontemporer Informasi Sesi 5. Yogyakarta: Minat Studi Manajemen Informasi dan Perpustakaan UGM

Minggu, 09 Oktober 2016

Mengenal Generasi Alpha


Pernahkah anda memperhatikan anak ataupun adik-adik anda saat ini yang masih kecil bahkan pada usia balita sudah sangat terbiasa menggunakan gadget ?

Yah, merekalah yang bisa kita sebut sebagai Generasi Alpha. Gen-A ini lahir mulai tahun 2010 jadi bisa dikatakan usia tertua generasi ini masih di usia 5-6 tahun. Gen-A memiliki orang tua yang sudah menguasai teknologi, oleh karena itu tidak heran jika generasi ini menjadi sangat akrab dengan teknologi informasi dan internet bahkan sejak usia dini.  

Menurut McCrindle "Generasi A tidak berpikir tentang teknologi sebagai alat, Mereka mengintegrasikan teknologi ke dalam kehidupan mereka."

Mengapa disebut sebagai Generasi Alpha ? karena sebenarnya penamaan generasi sudah dimulai dari gen X, Y, Z dan dikarenakan huruf alphabet diakhiri dengan Z maka penamaan generasi kembali ke huruf A (Alpha) dan B (Beta).

Bagaimana karakter Generasi Alpha menurut para sosiolog?
  • Mewarisi kemewahan material dari Generasi X dan Y yaitu orang tua mereka
  • Berpendidikan tinggi
  • Hidup dibantu oleh gadget berteknologi tinggi.
  • Tidak mempunyai skill yang banyak dan tidak berminat untuk menambah skill atau kemaampuan yang dimiliki
  • Terobsesi dengan produk gadget terbaru (brand new) dan apabila sudah bosan akan membuangya dan digantikan dengan yang lebih baru lagi.
  • Diramalkan kebanyakan dari mereka mengalami berat badan yang berlebihan / obesitas akibat kurang bergerak dikarenakan hidup di dalam dunia teknologi yang semuanya berada di ujung jari tanpa perlu keluar dari rumah.
  • Kurangnya semangat bersosialiasi.
 
 Demikianlah ulasan saya mengenai generasi Alpha, semoga kita semakin bijak dalam membimbing anak - anak generasi Alpha agar kecanggihan teknologi tidak berdampak buruk pada tumbuh kembang mereka.
** baca juga dampak gadget pada perkembangan anak



Source :
https://www.selasar.com/kreatif/mengenal-generasi-alpha (diakses 9/10/2016 18.16)
http://khairulabdullah.com/generasi-alpha-generasi-selepas-xy-z/ (diakses 9/10/2016 18.30)




Jumat, 09 September 2016

Fenomena berita hoax


Anda pengguna sosial media pasti sering sekali mendapatkan informasi melalui media sosial yang menggemparkan dan heboh tanpa tahu terlebih dahulu informasi itu benar atau tidak. 


 
Jika pembaca cerdas, dia akan mencari tahu terlebih dahulu mengenai kebenaran dari isi informasi yang diberitakan.
Tapi pada kenyataannya banyak juga user media sosial yang kurang bijak dalam menyikapi informasi tersebut dan langsung menganggap bahwa informasi tersebut adalah benar. 
Parahnya lagi informasi yang belum jelas kebenarannya tersebut, serta merta sudah dishare linknya beratus - ratus kali dan dibahas diberbagai portal berita.
Dan ketika berita itu sudah menjadi viral dan direspon oleh pihak yang bersangkutan, baru muncul berita-berita klarifikasi kebenarannya. 

http://www.snopes.com/false-donald-trump-has-died-possible-heart-attack/

http://news.hargatop.com/2016/03/06/berita-fatin-shidqia-meninggal-tidak-benar-fatin-unggah-foto-makan-rendang/4121928.html
Sumber: Akun Facebook Indonesia Hoaxes


Itulah fenomena yang terjadi saat ini. Di era serba internet, kini informasi bisa sangat mudah diunggah dan disebarluaskan tanpa fakta dan sumber yang jelas. Sehingga banyak juga yang disesatkan oleh informasi tersebut.
Padahal salah satu ciri informasi yang berkualitas menurut James A. Senn adalah 
informasi harus akurat (accuracy). Yang artinya informasi haruslah bebas dari kesalahan, tidak bias / menyesatkan, jelas mencerminkan maksudnya.

Oleh karena itu kita sebagai pengguna media sosial dan internet harus cerdas dan bijak dalam menyikapi setiap informasi yang tersebar. 
Setidaknya jangan mudah percaya pada pemberitaan yang beredar apalagi pemberitaan yang terkesan bernada negatif, dan biasakan mencari informasi lain sebagai referensi (tanya mbah google) atau double cek di situs - situs resmi yang ada. Jangan asal share jika tidak tahu kebenaran serta kejelasan dari berita tersebut.

"Jadilah pembaca pencari kebenaran dan fakta bukan penerima kebohongan semata"
  
Sumber :
Informasi : Persepsi, kualitas, nilai & matriks by Dr.Ida Fajar Priyanto,Ph.D  MIP UGM Kamis, 11 Agusus 2016
http://www.snopes.com/false-donald-trump-has-died-possible-heart-attack/  (diakses tgl 25/8/16 11.17)
http://news.hargatop.com/2016/03/06/berita-fatin-shidqia-meninggal-tidak-benar-fatin-unggah-foto-makan-rendang/4121928.html (diakses tgl 25/8/16 12.14)
Akun Facebook Indonesia Hoaxes (diakses tgl 25/8/16 11.00)

Rabu, 31 Agustus 2016

Generasi - generasi Digital World, Anda termasuk yang mana ?

Sering kita dengar bahwa dunia saat ini diistilahkan sebagai dunia digital. Dimana perkembangan informasi dan teknologi digital sangat pesat. Tentu saja hal ini juga sangat berdampak pada kehidupan manusia sehari – hari. Dimana informasi dan teknologi digital bahkan menjadi kebutuhan manusia dalam beraktifitas, sehingga tidak heran jika informasi dan teknologi digital saat ini terus dikembangkan.

Menurut Dr. Ida Fajar Priyanto, Ph.D dalam dunia digital saat ini dapat dipetakan menjadi 4 generasi yaitu :

1.    1. digital monks : Generasi ini sama sekali belum mengenal bahkan menggunakan alat digital karena pada zaman itu sendiri alat teknologi digital masih belum ada.
Contohnya : Generasi kakek / nenek buyut kita yang sama sekali tidak mengerti dan belum mengenal tentang perkembangan teknologi

2.    2. digital immigrant : Generasi yang pada tahun 60 – 70an baru saja mulai mengenal dan menggunakan teknologi ketika sudah pada usia lanjut. Karena memang teknologi digital baru ada saat itu.
Contohnya : Generasi kakek / nenek kita yang pada usia tuanya baru mengenal dan menggunakan teknologi digital

3.    3. digital settlers : Generasi  yang lahir pada tahun 65 – 80an dan selalu mengikuti perkembangan teknologi dari awal hingga saat ini, tapi masih menggunakan gaya lama.
Contohnya : Ayah / Ibu kita yang lahir di tahun ini sudah mengenal teknologi digital dan selalu mengikuti perkembangan teknologi.

4.     4. digital natives :
a.       Gen Y : generasi ini lahir mulai dari tahun 80an sudah mengenal dan menggunakan teknologi informasi berbasis web mulai dari saat remaja.
b.      Gen Z : generasi yg lahir mulai dari tahun 96’an sudah lebih sadar tentang perkembangan teknologi dan informasi.
c.       Gen Alpha : generasi yang lahir mulai tahun 2010. Generasi ini yang mulai kecil / balita sudah sadar teknologi dan terbiasa menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari - hari. Generasi ini juga sangat cepat memahami perkembangan teknologi.

Biasanya setiap 15 tahun sekali akan mucul generasi baru, yang artinya generasi kelahiran tahun 2025 akan masuk kegenerasi selanjutnya yaitu generasi beta.

Nah.. menurut penjelasan seperti diatas anda masuk di generasi apa ? Jangan sampai kita yang seharusnya masuk generasi Y / Z tapi masih gaptek dengan teknologi. 


Source :
The Digital World  by Dr.Ida Fajar Priyanto,Ph.D  MIP UGM Kamis, 25 Agusus 2016